siang itu, bandung sangat panas. meskipun udaranya sejuk akan tetapi sinar sang mentari tetaplah membakar, menyengat dan merasuk ke dalam sukma. apalagi bagi orang yg sedang patah hati. saat itu sekitar pukul sebelas siang.
saya sudah bersiap-siap ke masjid untuk mengikuti rangkaian ibadah sholat jumat. dalam hati saya, saya berpikir, karena ini bulan ramadhan jadi pasti masjid bertambah ramai. maka saya harus ke masjid lebih cepat agar kebagian shaf di posisi yang terdepan.
sesampainya di masjid, ternyata perkiraan saya salah. masjid belum terlalu ramai, mgkn karena sholat jumat di bulan2 biasa memang sudah default-nya segitu jumlahnya. maka di bulan ramadhan ini pun kurang lebih tetap segitu. beda jauh dengan sholat shubuh dan isya.
saya masuk masjid dan berhenti di shaf ke empat, lalu sholat sunnah tahiyyatul masjid. selesai sholat, saya celingak-celinguk melihat di depan saya ternyata masih ada tempat yang kosong. majulah saya sampai shaf kedua, di bagian tengah. di depan saya, ada seorang bapak, di depan bapak itu adalah area sajadah imam.
pada saat masuk waktu dzhuhur, bapak di depan saya berdiri kemudian naik ke mimbar. ternyata dia adalah khatibnya. akibatnya, tempat di depan saya kosong dong, jadinya saya maju lah ya.. menempati shaf pertama, tepat di belakang posisi imam nantinya.
khutbah pun berlangsung, saya belum ada pikiran yang aneh-aneh. kecuali: andaikan saya adalah seorang raja, maka saya akan mengambil bl*ckberry seorang bapak di shaf kedua, yg ringtone atau bbm alert atau apalah alert nya, sering berbunyi meskipun hanya pelan, sesekali dan sebentar. tapi itu mengganggu konsentrasi saya. saya akan mengambil bb itu, lalu melemparkannya keluar masjid, sampai hancur berkeping-keping. lalu jika bapak itu minta ganti rugi, saya tinggal kasi cek, untuk mengganti bb yg sudah saya lempar. tapi untungnya, saya bukan raja. saya hanya orang yang biasa yang selalu dijadikan alas kaki para penguasa.
saat khotbah selesai, kemudian iqomah dikumandangkan, barulah saya merasa cemas di dalam dada. saya berharap bapak2 di sebelah saya akan menggeser saya, atau menawarkan untuk tukeran tempat, tapi tidak terjadi. takbiratul ihram dilakukan oleh imam, saya meneguk ludah yg hampir tidak ada krn saya sedang puasa dan hari itu sudah siang. membayangkan jika imamnya tanpa sengaja buang angin, batal, dan posisi saya tepat di belakang beliau, apakah saya yang harus maju ke depan, belum pernah saya memikul tanggung jawab menjadi imam sholat orang sebanyak itu.
rakaat pertama, imam membaca surat al-a’la.
sabbihis marobbikal a’la.
alladzii kholaqa fasawwa.
walladzii qaddaro fa hada.
hingga selesai, dan sukses. rakaat pertama berlangsung mulus.
hingga tiba saatnya rakaat kedua. jeng jeeng.. karena waktu saya menulis ini sudah hari rabu, saya lupa waktu itu imamnya baca surat apa, ehe. yang jelas, rakaat kedua ini pun berlangsung dengan aman dan terkendali. sampai salam. ya, imamnya tidak batal. saya pun tidak jadi mengganti beliau menjadi imam sholat. syukurlah. ehe.
Filed under: ringan (bhs inggrisnya: light) | Tagged: islam, ramadhan, religion, sholat | 2 Comments »