umpatan jalanan

sering kali saya berjumpa
dengan orang yang tenang dan bersahaja
tutur kata lembut kala menyapa
senyum merekah, berseri muka

itu ketika sedang biasa..

namun bila berada dalam kemacetan
ia seperti berganti peran
antagonis berwajah preman
seperti manusia lain kebanyakan

ketika lalu lintas padat
celah setipis tisu pun disikat
naluri tak lagi peduli taat
semua ingin sampai cepat

lupa pada utamakan selamat..

anjing, monyet, babi, dan tai
mengapa tak bisa menghargai
begitu mudah kita membenci dan mencaci
bukankah manusia punya akal dan hati

yang baru bisa nyetir
janganlah dibentak dan disindir
namanya juga masih amatir
hati-hati saja kalau dia pandir

seandainya dia teman akrab kita
tentu kita hanya tertawa-tawa
melihat tingkahnya berkendara
walaupun kesalahannya sama

tidak perlu dongkol menyesakkan dada..

karena buntutnya bisa panjang
mungkin terbawa ke ruang sidang
minimal suasana kantor menjadi tegang
atau keluarga di rumah ikut kena berang

di jalanan yang gerah
pikiran kacau terpecah belah
damainya hati sirnalah sudah
mengumpat pun menjadi mudah

mungkin sebab kita jarang tuma’ninah..

mari bersama kita coba tahan
bila hinaan hendak diucapkan
atau mau menghardik dengan penglihatan
meski sepertinya susah tanpa latihan

tapi kebetulan sebentar lagi Ramadhan..

 

 

 

selamat melatih kesabaran, selamat menambah ibadah, mohon maaf lahir dan batin..