hijrah

whats happening guys?

you know what guys, ekspresi orang yang sedang kaget seringkali membuat saya ingin tertawa. di tv pun banyak acara yg dgn sengaja membuat orang shock, krn mungkin hal tersebut dianggap menghibur. beberapa hari yg lalu, tanpa sengaja saya membuat anak kecil terkaget-kaget. waktu itu saya sedang berhenti di perempatan karena kendaraan2 lain di depan saya juga sedang berhenti. kemudian pada saat lampu hijau menyala, tanpa sengaja saya langsung memutar gas terlalu dalam, sehingga motor saya sedikit menghentak ke depan. tepat pada saat itu, saya melihat ada anak kecil yg sedang akan menyebrang. walaupun jaraknya tidak terlalu dekat, tp saya melihat ekspresinya yg tiba2 cemas karena kaget. ekspresi anak kecil yang sedang kaget itu benar2 meng-iba-kan, membuat saya merasa bersalah. percayalah, saya tidak tertawa saat itu.

and you know what guys, kata “kaget” itu ternyata artinya sama dengan kata “terkejut”. kata dasar dari “terkejut” adalah “kejut”. berbicara tentang kejut, mengingatkan saya pada keju (kejut dikurangi huruf ‘t’). keju, mengingatkan saya dengan bubur.

keju and bubur are on top of my enemies list. saya sebisa mungkin menghindari mereka. bisa dikatakan saya tidak suka. kalo saya suka, mgkn sudah saya tembak dari dulu itu mereka berdua. saya sering merasa heran, kok ada ya orang yang impiannya adalah berada di negeri keju, wondercheeseland, dimana semua benda terbuat dari keju. adalagi yg mencampur-campurkan semua makanan dengan keju. teman2 saya suka memakannya, dan mereka pintar2. ada nasi goreng keju, mi goreng keju, mi rebus keju, dst. ayolah kawan2, apa2an itu. apakah hanya saya saja yang punya lidah normal di dunia ini?

porridge. bagi saya bubur nasi itu suman makanan untuk bayi dan orang sakit. saya sama sekali tidak berselera makan bubur nasi. bubur2 jenis lain saya masih suka, seperti bubur kacang ijo, bubur sumsum, bubur kampiun (waaaa).. dan sayang sekali, di komplek tempat saya tinggal sekarang, saya melihat lebih banyak mang2 bubur yang lewat pagi2, makanan lain yg lewat hanya kupat tahu. tak ada lontong. tak ada nasi uduk. tak ada nasi kuning. dan lain-lain, seperti di simpang dago. 😦

ya, saya sudah hijrah lagi. hiks. sudah hampir 6 tahun saya berada di wilayah kekuasaan kelurahan dago. meski saya tidak kenal siapa lurahnya. padahal saya sudah akrab dgn beberapa ibu2 di sini. seperti ibu nasi padang, yg sudah hafal klo saya tidak suka sambel, ibu ini juga sering berdiskusi dg saya tentang berita2 yg sedang hot. ada lagi ibu laundry yg memanggil saya dengan ‘bang husen’, tp menyebut dirinya sendiri dengan ‘nenek’ padahal dia masi terlihat muda. ada juga ibu warung yg klo saya beli susu ultra, si ibu sudah tau bahwa saya mau yg rasa coklat & yg tdk dingin..

goodbye everybody, i’ve got to go
gotta leave you all behind and face the truth

tempat tinggal saya yg baru skrg adalah sebuah rumah di kompleks perumahan di daerah pinggiran sub-urban bandung. dulu mau kemana-mana juga dekat, sekarang jadi lebih jauh. sebagai gambaran, jika naik motor dari rumah ke kampus, itu rasanya saya ingin sholat jama’ melulu karena lamanya. tp saya belum pernah sholat jama’ akibat menempuh perjalanan tersebut. itu hanya perasaan sesaat saja. legian jaraknya juga belum mencapai batas yg dizinkan untuk melakukan sholat jama’.

di kota besar, pemukiman yg dekat dengan pusat kota sekarang harganya sudah relatif sangat mahal. lahan tidak bertambah luas, tapi penduduk terus bertambah jumlahnya. bumi semakin sempit dan tanah semakin mahal. pada gambar di atas terlihat anak-anak bermain bola di jalan karena tidak ada lapangan. kebanyakan orang2, khususnya keluarga muda (cihiy, tahun ini teman2 saya banyak yg akan menikah) lebih memilih tempat bermukim di daerah pinggiran yg lebih terjangkau harganya.

klo punya tempat tinggal baru, makin dirasakan kekurangannya, maka makin seringlah kita mengeluh, makin tidak betah juga, makin merindukan tempat yg lama. namun, jika kita mau mensyukurinya, maka makin terasa nyaman dan makin terlihat indahlah tempat tinggal yang baru tersebut.

oiya, pada saat akan saya tinggalkan, jalan di daerah kosan saya dulu sedang diperbaiki. swadaya. uangnya dari warga sendiri, yang mengerjakan juga para warga. kasihan. bukannya untuk pemeliharaan jalan sudah ada anggarannya dari negara?


apa uang negara sudah habis ya? klo begitu knp pejabat2 masih minta naik gaji? mengapa anggota dewannya masih bsa jalan2 keliling dunia? tukang pajaknya bisa keluar penjara dan membeli wig buat nonton tenis. hmm.. mgkn negara ini bukan kehabisan uang, melainkan kehilangan rasa. rasa bersalah seperti saat melihat ekspresi anak kecil kaget. rasa tidak suka dengan keju dan bubur (halah, yg ini ga nyambung). rasa kehilangan teman dari kalangan ibu-ibu (plakk! yg ini lebih ga nyambung lagi). serta rasa lainnya yg lebih penting, seperti rasa malu dan empati.

malu dong, jalan negara masih banyak yg rusak tp minta gaji naik, itupun gajinya sudah tinggi (jangan2 banyak yg minta jatah ya dari gaji bapak? makanya bapak masih ngerasa kurang?). empati dong, rakyat masih banyak yg jadi korban bencana, wakil2 rakyatnya malah jalan2 keluar negeri. haaah, ayolah bapak2 dan ibu2 yg terhormat, berubahlah, hijrahlah ke jalan yg benar. hijrah.

jangan sampai negara ini chaos seperti mesir & libya krn rakyat sudah terlalu kesal dengan para pemimpinnya yg tidak punya rasa malu dan empati.